Tuesday, April 1, 2014

Surat Untuk Permen Karetku

Standard












Dear Permen Karet

Selamat pagi...!!
Bagaimana kabarmu disana? Semoga Tuhan tak pernah lelah memberimu kesehatan dan kebahagiaan.

Maaf untuk yang kesekian kalinya. Jika surat ini mengusik tenangmu dan dia. Maaf juga jika aku memanggilmu dengan sebutan "Permen Karet". Karna setelah sekian tahun berlalu, bayangmu masih saja melekat kuat di ingatan tak mau juga disamarkan.

Mungkin yang aku lakukan saat ini hanyalah mengulang cerita. Iya. Cerita tentang sesuatu yang sudah cukup lama berlalu. Karna aku tak punya lagi cerita baru atau rencana masa depan denganmu.

Ingatkah? Ketika kita duduk berdua di pantai beberapa tahun yang lalu? Membiarkan rambut kita kusut di permainkan angin sore yang seolah sengaja menganggu keromantisan yang di ciptakan senja. Saat itu hanya ada senyum dan tawa kecil yang keluar dari dari bibir kita sebab terlalu bahagia. Sampai kita lupa jika punya beban yang semakin menindih hati kita.
Juga ingatkah kamu? Ketika kita naik kereta Penataran. Menjadi sepasang aremania dan aremanita nekad mengambil resiko di lempar batu tangan - tangan jahil yang mengintai dari semak belukar dan persawahan, demi mendapat tempat yang sejuk dan tidak bersempit-sempitan. Kemudian di hari yang lain menjadi backpacker gila di Surabaya. Berfoto norak di JPO pesing dan terburu-buru pergi sesudahnya karna tak tahan dengan baunya.

Oh iya. Aku juga selalu tertawa saat ingat aku yang dengan rela berdandan sedikit hipster, agar bisa serasi denganmu untuk pergi menonton konser musik gratisan di lapangan Rampal. Kemudian pulang mengendap endap, agar tak membangunkan pak RT yang rumahnya tepat di sebelah kostku. Iya. Pak RT yang galak itu. Ahh. Benar-benar kenangan yang tak mau luput dari pikiran.

Entah dulu kita sudah berbohong seberapa banyak kepada ibu. Mencuri waktu untuk bertemu dan menghabiskan hari untuk mendatangi tempat-tempat liburan seru.

Kau tahu jika terkadang aku masih merindukanmu. Rindu saat pipi kananku bercumbu mesra dengan bahu kirimu. Rindu tangan kasarmu mengacak pelan rambutku. Rindu berjalan di tengah malam sambil bergelanyut manja di lenganmu. Rindu jogging di pagi buta melewati jalan Bandung dan berteriak seperti orang gila di depan Matos yang masih tutup. Rindu bergantian menyetir motor melewati jalanan dingin menuju kota Batu. Rindu melihat wajahmu terantuk di dalam bus kelas ekonomi yang pengap dan sedikit bau.

Tapi semua rindu itu tertahan untuk di sampaikan, karna ada dia yang kini kau jadikan bagian dari “kita” (mu), dan kamu sudah tak menyediakan tempat lagi untuk rinduku.

Jujur. Aku sedikit cemburu saat mendengar kabar tentang kamu yang menyemai cinta di tempat baru. Aku sedikit marah saat tahu dia berhasil menendangku secara perlahan dari ingatanmu. Tapi aku bisa apa? Selain membekapnya kuat-kuat kemudian berpura-pura bahagia dan rela di perlakukan seperti itu.

Maaf jika celotehanku membuat matamu kembali perih saat membacanya. Aku benar-benar tak bermaksud demikian. Aku hanya ingin menitipkan sedikit rindu didalamnya. Karna aku tak lagi sanggup menggendong semua sendirian.


"Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #SuratUntukRuth novel Bernard Batubara"


8 comments:

  1. Semoga si Permen Karet baca ya hehe
    Sukses deh lombanya :)

    ReplyDelete
  2. Ahhhh, sedih.. Menyentuh banget.. Sukses buat lombanya yaa.. ;)

    ReplyDelete
  3. Sebenernya aku pengin ikutan lomba ini juga, cuma aku nggak bisa nulis suratnya... Hiks... Btw, suratnya keren...

    ReplyDelete
  4. idenya bagus personifikasi permen karet :D semoga menang

    ReplyDelete
  5. @anotherorion

    iyap, terima kasih. semoga lain kali saya bisa menang :D

    ReplyDelete

Silahkan memberi komentar apapun. Asalkan dengan bahasa yang baik dan sopan. Terima Kasih sudah mampir. Besok mampir lagi ya..!! :)